Mencari hiburan tentu boleh-boleh saja, karena manusia itu dihinggapi dengan rasa jemu, bosan, lelah, dan sebagainya.
Tetapi bila mencari hiburan dengan berdugem ria, tanpa disadari kebiasaan tersebut dapat menyeretnya ke perbuatan maksiat. Di tempat-tempat hiburan tersebut seseorang dapat terseret pada pergaulan bebas antara pria dan wanita, minum minuman beralkohol, mabuk-mabukan, hingga konsumsi narkoba. Dugem tidak lengkap tanpa minuman alkohol. Dugem menawarkan kehidupan permisif, yaitu paham yang serba membolehkan. Kehidupan modern yang gersang rohani membuat sebagian orang lari ke kehidupan malam. Maka, kehidupan malam di tempat-tempat dugem mengarahkan orang untuk berbuat maksiat, perbuatan yang dilarang agama.
Ada pendapat yang mengatakan, ada skenario besar dari pihak asing untuk menghancurkan anak muda Indonesia agar jauh dari nilai-nilai agama dan menggantikannya dengan nilai-nilai permisif. Maraknya peredaran narkoba, minuman keras, pornografi, kehidupan malam lewat dugem, adalah beberapa indikasi yang mendukung pendapat tadi. Wallahu alam.
Daripada ber-dugem ria pada Jumat malam (dan Sabtu malam), mengapa tidak menggunakan waktu malam itu untuk bertafakkur di masjid atau di rumah? Berzikir mengingat Allah SWT, melakukan ibadah malam, membaca Alquran, atau mengikuti pengajian? Semua itu jauh lebih bermanfaat dan menimbulkan kedamaian dan mendekatkan diri kita kepada Sang Khalik ketimbang berdugem yang cenderung mendekatkan diri kita kepada bujuk rayu syaitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar