Selasa, 03 Juli 2012

KEHIDUPAN MALAM

Apa yang ada di pikiran kita saat mendengar kata batu nisan di makam. Iya kesan seram, takut, dan bayangan hantu pasti menyelimuti otak kecil kita. Apalagi bagi sebagian orang, kalimat batu nisan dinilai angker untuk dibicarakan di malam hari.

Namun di Surabaya, Jawa Timur, tidak demikian. Justru areal pemakaman ini digunakan untuk transaksi seksualitas. Tidak hanya itu, mereka juga menggunakan nisan sebagai tempat eksekusi bagi pria hidung belang yang ingin menyalurkan hasrat birahinya.

Mungkin Anda akan tercengang mengetahui hal tersebut. Namun memang itulah kenyataan yang ada di sana. Tertarik dengan fenomena tersebut, penulis pun mencoba untuk menelusurinya.

Posisi Makam Kembang Kuning memang tidak asing bagi warga Jalan Diponegoro, Surabaya. Jejak penulis pun menyusuri jalan setapak sejauh 500 meter dari jalan besar.

Sebelum mencapai jalan tersebut, penulis “dihadang” gapura yang berbunyi “Anda memasuki areal makam kembang kuning”. Menurut warga setempat, nama kembang kuning diambil dari banyaknya tumbuh-tumbuhan di tempat itu yang berbunga berwarna kuning.


Bahkan ada yang menyebut nama daerah kembang kuning cemoro sewu karena banyaknya pohon cemara di tempat tersebut. Konon areal pemakaman ini sudah ada sejak tahun 1918. Hal itu tertulis di salah satu makam warga berkebangsaan Belanda.

Entah kebetulan atau tidak, lokasi makam kembang kuning ini memang berdekatan dengan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara, kawasan Dolly. Tidak ada yang istimewa saat siang hari.

Hanya jajaran makam bernisan apik terlihat indah. Sejumlah makam bahkan terlihat membangun sebuah bangunan menyerupai rumah untuk melindungi makam sang empunya.

Namun pemandangan iu berubah saat matahari menyingsing. Areal makam itu tampak ramai oleh perempuan berbaju seksi dan kerumunan orang. Tentu saja mereka bukan untuk berziarah, karena kondisi sudah malam dan gelap gulita.

Mereka merupakan pekerja seks komersil yang menjajahkan “dagangannya” untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Memang polemik memenuhi kebutuhan ekonomi menjadi salah satu alasan mereka nekat “begadang”.

Apakah ini merupakan “buangan” dari lokalisasi Dolly, namun memang rata-rata di areal ini wanitanya sudah terbilang berusia lanjut. Pantauan penulis usia mereka di atas 35 tahun. Demi memenuhi pundi-pundi ekonomi, kadang memang manusia bertindak diluar nalar.
(kem)

Tidak ada komentar: